Minggu

52 Kiat Suami Disayang Isteri

Oleh:Adil Fathi Abdillah
1.Berhiaslah untuk isteri anda sebagaimana anda senang apabila ia berhias untuk anda.
2.Merayu isteri dan mencandainya.
3.Mempergaulinya dengan lemah lembut dan kasih sayang.
4.Penuhi kesenangannya untuk berbicara dan bercakap-cakap(bercengkerama).
5.Pangilah isteri dan nama kesukaannya.
6.Jauhilah sikap emosional dan tempramental.
7.Berilah isteri anda rasa aman dan tenang.
8.Membuatnya gembira dengan pemberian yang mengejutkan.
9.Masuklah kedalam rumah dengan wajah berseri-seri dan tersenyum.
10.Berlemah lembutlah dalam berbicara.
11.Bicarakanlah sesuatu yang menyenangkannya.
12.Memujinya dihadapan keluarga anda dan keluarganya.
13.Menghargai penampilannya.
14.Berikanlah hadiah (romantis) semisal bunga atau selainnya sebagai penguat cinta di antara keduanya. 15.Hilangkanlah kejenuhan rutinitas sehari-hari dengan bertamasya (rihlah).
16.Terimalah kekurangan-kekurangannya karena tidak ada manusia yang sempurna.
17.Jagalah diri dari perkara-perkara sepele yang dapat bertumpuk menjadi masalah besar.
18.Bantulah isteri anda dalam urusan-urusan rumah tangga.
19.Jangan kikir dengan perasaan anda.Ekspresikan perasaan anda kepadanya dengan kelembutan dan kejujuran.
20.Hargai akal dan buah pemikirannya.
21.Selalulah berbaik sangka kepada dirinya.
22.Bangkitkanlah perasaannya bahwa ia adalah wanita yang ideal bagi anda.
23.Bantulah ia meningkatkan kemampuannya.
24.Jagalah perasannya terutama di saat haidh dan hamil.
25.Bantulah dirinya di dalam mengurusi anak-anak.
26.Hormati keluarganya,berbuat baik kepada mereka dan tidak melarangnya untuk mengunjungi keluarganya.
27.Makan bersama di rumah atau tempat lain yang tenang dan aman dari fitnah.
28.Berikan pujian dan sanjungan kepada dirinya.
29.Jagalah rahasianya dan janganlah menyebarkannya.
30.Jagalah hak-haknya dan janganlah menyia-nyiakannya.
31.Berbuat adillah kepada dirinya.
32.Perlakukanlah dirinya dengan baik dan lemah lembut.
33.Bersikaplah realistis dan jadikanlah dirinya sebagai isteri yang ideal bagi anda.
34.Bekerja sama dengannya di dalam ketaatan kepada Allah.
35.Janganlah anda terlalu sering meninggalkan dirinya dan rumah.
36.Yang lalu biarlah berlalu dan jangan suka mengungkit-ngungkit kesalahan yang telah berlalu.
37.Jangan memberi peluang kepada orang lain untuk mencampuri ursan rumah tangga anda.
38.Jauhi motivasi yang buruk tatkala menikah.
39.Jagalah kesehatannya secara intensif.
40.Ajaklah isteri anda kedalam kebahagiaan anda.
41.Kirimlah surat kepadanya apabila anda jauh darinya.
42.Jelas dan tidak tergesa-gesa apabila anda meminta sesuatu padanya sehingga dia faham dan tidak bingung dengan apa yang anda inginkan.
43.Maklumilah kecemburuannya dan maafkanlah.
44.Bantulah dirinya didalam menghadapi persoalan-persoalan yang menyusahkan dan membosankan.
45.Ikutilah petunjuk islam ketika isteri sedang berpaling.
46.Jangan menganggap diri anda selalu benar.
47.Mengikuti petunjuk islam tatkala melakukan hubungan intim.
48.Tidak mendatangi isteri dari dubur atau tatkala haidh.
49.Menjaganya dari pandangan-pandangan jahat manusia.
50.Memberinya anggaran khusus selain biaya hidup sehari-hari.
51.Nikmatilah nikmatnya lupa terutama yang berkaitan dengan musibah-musibah yang menyedihkan,kesalahan-kesalahan dan perilaku isteri di masa lalu.
52.Jangalah anda menunggu-nunggu mukjizat,karena isteri anda adalah unik dengan karakternya dan janganlah anda memaksanya berubah sekehendak anda.Tereimalah dirinya apa adanya,tutuplah mata dari kelemahan-kelemahannya dan bukalah mata dari kelebihan-kelebihannya.Insya Allah isteri anda akan semakin mencintai anda.

Sumber:Kiat-kiat disayang isteri,Pustaka al-Sofwa,pent.Akhyar ash-Shidiq Muhsin,Lc,Editor:Kholid Syamhudi,Lc.Judul Asli: Kayfa Taj'al Zawjataka Tuhibbuka.

Baca Selengkapnya »»  

Ucapan:Jazzaakallahu Khair

by Kajian Islam Assunnah

Ini adalah beberapa fatwa yang bermanfaat dari Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah Ta’ala,menjawab beberapa pertanyaan setelah Beliau menjelaskan hadits Usamah bin Zaid radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

]من صُنِعَ إليه مَعْرُوفٌ فقال لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ الله خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ في الثَّنَاءِ

“Barangsiapa yang diberikan satu perbuatan kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan : jazaakallahu khaer (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.”

(HR.At-Tirmidzi (2035), An-Nasaai dalam Al-kubra (6/53), Al-Maqdisi dalam Al-mukhtarah: 4/1321, Ibnu Hibban: 3413, Al-Bazzar dalam musnadnya:7/54. Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi)

Berikut ini fatwa Al-Allamah Abdul Muhsin hafizhahullah, semoga bermanfaat.
Pertanyaan 1:
sebagian ikhwan ada yang menambah pada ucapannya dengan mengatakan “jazakallah khaeran wa zawwajaka bikran” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan menikahkanmu dengan seorang perawan),dan yang semisalnya. Bukankah tambahan ini merupakan penambahan dari sabda Rasul shallallahu alaihi wasallam ,dimana beliau mengatakan “sungguh dia telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.?

Beliau menjawab:
Tidak perlu (penambahan) doa seperti ini,sebab boleh jadi (orang yang didoakan) tidak menginginkan do’a yang disebut ini.Boleh jadi orang yang dido’akan dengan do’a ini tidak menghendakinya.Seseorang mendoakan kebaikan,dan setiap kebaikan sudah mencakup dalam keumuman doa ini.Namun jika seseorang menyebutkan do’a ini,bukan berarti bahwa Rasulullah r melarang untuk menambah dari do’a tersebut.Namun beliau hanya mengabarkan bahwa ucapan ini telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya. Namun seandainya jia dia mendoakan dan berkata: “jazakallahu khaer wabarakallahu fiik wa ‘awwadhaka khaeran” (semoga Allah membalas kebaikanmu dan senantiasa memberkahimu dan menggantimu dengan kebaikan pula” maka hal ini tidak mengapa.Sebab Rasul Shallallahu alaihi wasallam tidak melarang adanya tambahan do’a.Namun tambahan do’a yang mungkin saja tidak pada tempatnya,boleh jadi yang dido’akan dengan do’a tersebut tidak menghendaki apa yang disebut dalam do’a itu.

Pertanyaan 2:
Ada sebagian orang berkata:ada sebagian pula yang menambah tatkala berdo’a dengan mengatakan : jazaakallahu alfa khaer” (semoga Allah membalasmu dengan seribu kebaikan” ?
Beliau -hafidzahullah- menjawab:
“Demi Allah ,kebaikan itu tidak ada batasnya,sedangkan kata seribu itu terbatas,sementara kebaikan tidak ada batasnya.Ini seperti ungkapan sebagian orang “beribu-ribu terima kasih”,seperti ungkapan mereka ini.Namun ungkapan yang disebutkan dalam hadits ini bersifat umum.”
Pertanyaan: apakah ada dalil bahwa ketika membalasnya dengan mengucapkan “wa iyyakum” (dan kepadamu juga) ?

Beliau menjawab:
“tidak, sepantasnya dia juga mengatakan “jazakallahu khaer” (semoga Allah membalasmu kebaikan pula), yaitu didoakan sebagaimana dia berdo’a, meskipun perkataan seperti “wa iyyakum” sebagai athaf (mengikuti) ucapan “jazaakum”, yaitu ucapan “wa iyyakum” bermakna “sebagaimana kami mendapat kebaikan,juga kalian” ,namun jika dia mengatakan “jazaakalallahu khaer” dan menyebut do’a tersebut secara nash,tidak diragukan lagi bahwa hal ini lebih utama dan lebih afdhal.”
(transkrip dari kaset: durus syarah sunan At-Tirmidzi,oleh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah,kitab Al-Birr wa Ash-Shilah,nomor hadits:222).
(Diterjemahkan oleh Abu Karimah Askari bin Jamal)

Berikut ini transkrip dalam bahasa Arab:

يقول السائل : بعض الإخوة يتطرق فيزيد على (جزاك الله خيرا وزوجك بكرا) ونحو ذلك.أليس في هذا استدراك على قول النبي صلى الله عليه وسلم فإنه يقول ((فقد أبلغ في الثناء))
فأجاب :ولا حاجة بهذا الدعاء قد يكون ما يريد هذا الشيء الذي دعي به ,أي نعم قد يكون الإنسان الذي دعي بهذا أنه لا يريده .فالإنسان يدعو بالخير وكل خير يدخل تحت هذا العموم .فالإنسان يأتي بهذا الدعاء وليس معنى ذلك أن الرسول × نهى عن ذلك يعني لا يزيد على هذا وإنما أخبر أن هذا فيه إبلاغ بالثناء ,لكنه لو دعا له فقال: جزاك الله خيرا وبارك الله فيك وعوضك خيرا ما فيه بأس ,لأن الرسول × مامنع من الزيادة .لكن مثل هذه الزيادة التي قد تكون في غير محلها ,قد يكون صاحب المدعو له لا يريد هذا الشيء الذي دعي له به .
السؤال: والآخر يقول :يزيد البعض فيقول : جزاك الله ألف خير
فأجاب: والله الخير ليس له حد ,ليس له حد والألف هذا محدود,والخير بدون حد .لكن هذا مثل عبارات بعض الناس :ألف شكر شكر مثل ما يعبرون.لكن التعبير بهذا الذي جاء في هذا الحديث عام
السؤال: هل هناك دليل على أن الرد يكون بصيغة (وإياكم)؟
فأجاب: لا , الذي ينبغي أن يقول وجزاكم الله خيرا) يعنى يدعى كما دعا, وإن قال (وإياكم) مثلا عطف على جزاكم ,يعني قول (وإياكم) يعني كما يحصل لنا يحصل لكم .لكن إذا قال: أنتم جزاكم الله خيرا ونص على الدعاء هذا لا شك أنها أوضح وأولى
(مفرغ من شريط دروس شرح سنن الترمذي ,كتاب البر والصلة ,رقم:222)

Penulis: Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah

http://darussalaf.or.id/stories.php?id=1520

http://ibnulqoyyim.com/index.php?option=com_content&task=view&id=36&Itemid=1


Sumber:Silahkan lihat di sini
Baca Selengkapnya »»  

Kamis

WANITA SALIHAH BERSAMA SUAMI TERAKHIRNYA DI DALAM SURGA

  Penulis: Asy Syaikh Muhammad Ali Firkaus


Beliau ditanya: setelah masa iddah-ku selesai disebabkan karena suamiku meninggal, ada beberapa orang yang datang melamarku, dan aku enggan menikah agar aku menjadi istri bagi suami pertamaku yang telah meninggal, yang ketika aku bersamanya kami memiliki 3 orang anak. Alasanku dalam hal ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam:

«المَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا»

"seorang wanita itu bersama suami terakhirnya."

Dan telah dipraktekkan pula oleh Ummu Darda' radhiallahu anha, apakah aku berdosa jika aku menolak untuk menerima pinangan orang yang telah diridhai agama dan akhlaknya?

Beliau -hafizhahullah- menjawab:

الحمدُ لله ربِّ العالمين، والصلاةُ والسلامُ على مَنْ أرسله اللهُ رحمةً للعالمين، وعلى آله وصَحْبِهِ وإخوانِه إلى يوم الدِّين، أمّا بعد:

Seorang wanita jika berada dibawah bimbingan seorang suami yang saleh lalu suaminya meninggal, dan si istri terus berstatus sebagai janda setelahnya dan tidak menikah, Allah akan mengumpulkan keduanya di dalam surga, dan jika dia memiliki beberapa suami di dunia, maka dia di dalam surga bersama suami terakhirnya jika mereka sama dalam akhlak dan kesalehannya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam :

«المَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا»

"seorang wanita bersama suami terakhirnya."

(Dikeluarkan Ath-Thabarani dalam "al-mu'jam al-ausath" (3/275),dari hadits Abu Darda' radhiallahu anhu. Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam silsilah Ash-shahihah (3/275)

Seorang wanita jika mengkhawatirkan atas dirinya fitnah atau dia tidak punya kemampuan untuk sendirian dalam mengurusi dirinya dan keperluan anak-anaknya baik dari sisi nafkahnya, dan juga pendidikannya, maka jika ada seorang lelaki yang datang melamarnya yang telah diridhai agama serta akhlaknya, dan lelaki ini punya kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya serta nafkah untuk anak-anaknya, maka tidak sepantasnya wanita tersebut menolaknya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam :

إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ

"jika ada orang yang datang kepadamu lelaki yang telah engkau senangi agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia."

(HR.Tirmidzi,kitab annikah,bab: ma jaa' idza jaa'akum man tardhaunadiinahu fazawwijuuhu (1108),Baihaqi, kitab an-nikah,bab: at-targhib fit tazwiij min dzid diin wal khluluq al-mardhi (13863), dari hadits Abu Hatim Al-Muzani radhiallahu anhu, dihasankan Al-Albani dalam al-irwaa' (6/266).)

Dan juga mengamalkan kaedah yang berbunyi:

«دَرْءُ المَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ المَصَالِحِ»

"menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mendatangkan maslahat."

Jika suami pertama itu setara dengan suami pertamanya yang telah meninggal dalam hal akhlak dan kesalehannya,maka dia (wanita tersebut) bersama yang paling terakhir dari keduanya, namun jika tidak setara maka dia memilih yang paling baik kesalehan dan akhlaknya. Telah datang riwayat yang semakna dengan ini yang kedudukannya lemah dan mungkar dari hadits Ummu Salamah radhiallahu anha, dimana Dia bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam tentang seorang wanita yang menikah dengan dua lelaki, tiga dan empat, lalu wanita tersebut meninggal, dan mereka (para suaminya) masuk surga bersamanya, siapakah yang menjadi suaminya? Jawab Rasul Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam:

«يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهَا تُخَيَّرُ فَتَخْتَارُ أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا»

"wahai Ummu Salamah,dia akan diberi pilihan sehingga dia memilih yang paling baik diantara mereka."

(dikeluarkan Thabarani dalam almu'jam al-kabir (23/367),dan dalam al-ausath (3/279), dari hadits Ummu Salamah radhiallahu anha. Berkata Al-Haitsami dalam "majma' az-zawaaid" (7/255):"diriwayatkan Thabarani dan padanya terdapat seseorang bernama Sulaiman bin Abi Karimah,Dia dilemahkan oleh Abu Hatim dan Ibnu Adi." Juga dilemahkan Al-Albani dalam "dha'if at-targhib wat tarhib" (2/254) . Demikian pula dari hadits Ummu Habibah radhiallahu anha dikeluarkan At-Thabarani dalam "al-kabir" (23/222), Abd bin Humaid dalam musnadnya (1/365). Berkata Al-Haitsami dalam majma' az-zawaaid (8/52) : "diriwayatkan Ath-Thabarani dan Al-Bazzar secara ringkas, padanya terdapat Ubaid bin Ishaq dan dia seorang yang matruk (ditinggal haditsnya), sedangkan Abu Hatim meridhainya, dan dia perawi paling buruk keadaannya."

Hanya saja,mungkin dijadikan sebagai dalil dari keumuman firman Allah Azza wajalla:

﴿فِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأَنفُسُ﴾

"di dalamnya (surga) apa saja yang disenangi oleh jiwa."

(QS.Az-Zukhruf: 71)

Maka dia diberi pilihan sehingga diapun memilih yang dia sukai akhlak dan kesalehannya, sebagaimana faedah yang juga dipetik dari firman-Nya:

﴿هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلاَلٍ﴾

"mereka bersama dengan istri-istri mereka dibawah naungan (surga)."

(QS.Yasin: 56)

Dimana seorang wanita bersama dengan yang paling mendekatinya dalam hal agama,akhlak, watak, disebabkan pernikahan yang melahirkan perasaan cinta dan kasih sayang,saling akrab dan saling mencintai, berdasarkan firman Allah Azza wajalla:

﴿وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ﴾

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

(QS.Ruum:21)

Demikian pula seorang wanita yang masih hidup sendiri dan meninggal dalam keadaan belum sempat menikah, maka dia diberi pilihan sehingga dia memilih siapa yang dia sukai yang lebih mirip dengannya dalam hal tabiat dan akhlak, lalu Allah Azza wajalla mewujudkan apa yang menjadi permintaannya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam:

«مَا فِي الجَنَّةَ أَعْزَبُ»

"tidak ada bujangan di dalam surga."

(dikeluarkan Imam Muslim dalam shahihnya,kitab: al-jannah wa na'imuha, bab: awwalu zumratin tadkhulul jannah… : 4147, dan Ahmad dalam musnadnya (7112) dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu)

Dan ilmu ada disisi Allah, dan akhir ucapan kami alhamdulillahi rabbil 'alamin

Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan saudara-saudaranya hingga hari kiamat.

Al-Jazair,26 dzulqa'dah 1429 H

Bertepatan dengan tanggal: 23 November 2008 M

Sumber silahkan lihat di sini
Baca Selengkapnya »»  

"Ya Allah, lindungilah aku!"

Penulis: Al Ustadz Ayub Abu Ayub

Keterasingan. Sebuah perasaan yang wajar ketika seseorang menginjakkan kakinya ke suatu tempat yang tidak ia kenal. Tidak tahu dia apakah tempat itu aman baginya ataukah tidak. Dia sadar bahwa kemungkinan-kemungkinan buruk bisa saja terjadi di tempat yang asing baginya tersebut. Dan sangatlah wajar kalau dia akhirnya mencari cara untuk berlindung, sebagai bentuk usaha untuk menyelamatkan dirinya dari adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut. Suatu sikap reaksi yang manusiawi.
Akan tetapi, sebelum dia bertindak, sudah seharusnyalah bagi dia untuk mengenal dengan baik siapa yang akan melindunginya. Apakah dia memang mempunyai kemampuan untuk melindungi? Ataukah malah rasa ketakutan yang kian menjadi yang akan dia peroleh? Salah bertindak, fatal akibatnya! Tidak hanya di dunia bahkan juga di akhirat.
Meminta perlindungan adalah usaha pelarian dari hal-hal yang mengancam dan membinasakan, kepada sesuatu atau seseorang yang bisa memberikan rasa aman dan perlindungan dari hal-hal yang mengancam tadi.
Ditinjau dari sisi syar'I, maka meminta perlindungan atau istilah aslinya Al Istiadzah, adalah salah satu bentuk ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Fushilat 36)

Dan Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
"Katakanlah (wahai Muhammad!), "Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai waktu subuh." (Al Falaq 1)

Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
"Katakanlah (wahai Muhammad!), "Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai manusia" (An Nas 1)
Allah telah memerintahkan agar rasulNya yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta dan memohon perlindungan kepada Allah Ta'ala. Maka meminta perlindungan ini adalah suatu ibadah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada para hambanya. Dengan demikian, sesuatu yang merupakan bentuk peribadatan kepada Allah Ta'ala, pemalingannya kepada selain Allah adalah bentuk kesyirikan di dalam beribadah. Begitu juga barang siapa yang meminta perlindungan kepada selain Allah, maka dia telah melakukan kesyirikan di dalam beribadah, sebagaimana halnya seseorang yang sholat bukan untuk Allah Ta'ala. Tidak ada bedanya.
Seseorang yang meminta perlindungan kepada sesuatu, dia menyerahkan dirinya kepada sesuatu tersebut agar bisa melindunginya. Hatinya memiliki ketergantungan yang kuat kepada sesuatu tersebut. Tersimpan di hatinya bentuk keyakinan bahwa sesuatu tersebut bisa menolong dan melindunginya dari marabahaya yang mengancam. Ada semacam bentuk ketundukan terhadap sesuatu tersebut.
Keadaan seperti ini hanya boleh terjadi kalau sesuatu tersebut adalah Dzat Yang Maha Sempurna, Maha Berkuasa Akan Segala Sesuatu, Penguasa langit-langit dan bumi. Dzat Yang Mengatur alam semesta ini yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hanya kepada Dialah hati ini boleh tunduk. Hanya kepadaNyalah jiwa ini dipasrahkan untuk mendapatkan perlindungan yang nyata dan sempurna. Hanya Dialah saja yang mampu untuk mengenyahkan dan menghilangkan segala marabahaya yang mengancam keselamatan. Karena tidak ada yang terjadi di dunia ini, kecuali atas keinginan dan kehendakNya saja.
Akan tetapi kalau sesuatu tersebut adalah selain Allah, maka sungguh hati ini akan menjadi tawanannya. Terbelenggu oleh sesuatu yang pada hakikatnya lemah. Tunduk kepada sesuatu yang padahal dirinya dan sesuatu tersebut sama-sama makhluk Allah yang tak berdaya. Sungguh kasihan jiwa yang memasrahkan dirinya kepada sesuatu yang tak memiliki daya apa-apa.
Orang yang hatinya tunduk dan pasrah hanya kepada Allah Ta'ala saja, akan menjadi orang yang kuat. Karena dia percaya bahwa Rabbnya akan menolongnya kapan saja dia butuhkan. Di saat dia membutuhkan tempat berlindung, hatinya dipenuhi keyakinan bahwasanya Allah akan senantiasa melindungi dirinya. Karena itulah hatinya adalah hati yang kokoh.
Akan jauh berbeda jika hati ini berpaling dari Allah dan tunduk kepada selainNya. Selamanya hati ini akan lemah tak berdaya apa-apa. Akan selamanya menjadi tawanan yang tak berkuasa. Ketika rasa aman yang dia harapkan, ketika perlindungan yang dia dambakan, justru rasa ketakutan yang semakin menghujam dia dapatkan. Coba perhatikan firman Allah Ta'ala yang mengkisahkan jin yang bertutur tentang keadaan manusia,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
"Dan bahwasanya ada sebagian orang dari manusia meminta perlindungan kepada sebagian dari kalangan jin, maka jin-jin tersebut justru menambahkan rasa takut yang sangat kepada mereka" (Al Jin 6)

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ini: "Dahulu kami (para jin) berpandangan bahwasanya kami memiliki keutamaan dibanding manusia. Hal ini disebabkan mereka meminta perlindungan kepada kami. Kalau mereka singgah di satu lembah atau tempat yang asing di suatu daratan atau yang lainnya –sebagaimana ini adalah adat bangsa Arab ketika zaman jahiliyah- mereka meminta perlindungan kepada penguasa tempat tersebut dari kalangan jin agar tidak menimpakan kepada mereka suatu musibah buruk sebagaimana kalau salah seorang dari mereka masuk ke negeri musuh dengan perlindungan dari salah seorang pembesar di situ. Ketika jin melihat manusia meminta perlindungan kepada mereka karena rasa takut mereka, maka mereka tambahkan rasa takut tersebut kepada mereka. Sehingga rasa takut tersebut semakin hebat dan mereka semakin butuh untuk berlindung kepada para jin tersebut."
Perhatikanlah bagaimana ketika seseorang memalingkan hatinya dari Allah! Perhatikanlah apa yang terjadi ketika dia meminta perlindungan dari selain Allah! Bukan rasa aman yang dia dapatkan, melainkan semakin dahsyatnya ketakutan yang ada pada dirinya yang menyebabkan semakin besar ketergantungan yang ada pada dirinya kepada sesuatu selain Allah tersebut.
Ayat di atas menunjukkan bahwasanya meminta perlindungan kepada jin adalah haram. Karena yang demikian tidak memberi manfa'at kepada yang meminta perlindungan. Bahkan menambah rasa takut pada dirinya. Maka dia pun mendapatkan akibat yang berlawanan dari maksudnya.
Sebenarnya, rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri sudah mengajarkan umatnya apa yang harus mereka lakukan ketika singgah di satu tempat.
Dari Khaulah binti Hakim radhiallahu 'anha berkata, "Aku mendengar rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Barang siapa yang mendatangi suatu tempat, kemudian dia berkata,
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
"Aku berlindung kepada kalam-kalamnya Allah dari kejahatan apa-apa yang diciptakanNya."
Maka tidak akan ada satupun yang membahayakan dirinya sampai dia beranjak dari tempat tersebut." (HR. Muslim)
Allah syariatkan kepada hambaNya melalui lisan rasulNya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berlindung kepadaNya dan juga kepada nama-namaNya dan sifat-sifatNya sebagai ganti dari apa yang telah dilakukan oleh kaum jahiliyah yaitu meminta perlindungan dari jin.
Di sini kita dibimbing oleh rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam agar kita meminta perlindungan dari salah satu sifat Allah yaitu kalamNya. Karena kalam Allah dan sifat-sifat Allah yang lain bukanlah makhluk. Al Imam Ahmad menyatakan bahwa tidak boleh meminta perlindungan kepada makhluk. Bahkan merupakan kesepakatan ulama Ahlus Sunnah bahwasanya meminta perlindungan kepada makhluk adalah kesyirikan.
Memang di sini ada sesuatu yang perlu dirinci. Yaitu pada permasalahan meminta perlindungan kepada makhluk. Jika meminta perlindungan kepada makhluk dari hal-hal makhluk tidak memiliki kuasa atasnya, maka ini adalah syirik. Seseorang meminta perlindungan dari kejahatan jin misalnya. Tidak ada yang mampu untuk melindungi seseorang dari kejahatan jin, kecuali Allah Ta'ala. Maka ketika ada yang meminta perlindungan kepada selain Allah dari gangguan jin dan syaitan, maka pada saat itu dia jatuh kepada kesyirikan.
Adapun kalau dia meminta perlindungan kepada makhluk dari hal-hal yang bisa diatasi oleh makhluk tersebut, maka ini dibolehkan. Seseorang meminta perlindungan kepada aparat keamanan karena jiwa dan hartanya terancam misalnya. Maka yang demikian adalah hal yang dibolehkan. Karena ini adalah sesuatu yang mampu untuk dilakukan. Hanya saja yang perlu diwaspadai, jangan sampai hati kita menjadi memiliki bentuk ketergantungan kepada selain Allah. Walaupun pada kasus-kasus tertentu kita dibolehkan untuk meminta perlindungan kepada selain Allah kalau yang dimintakan perlindungan mampu untuk melakukannya, akan tetapi perlu untuk disadari bahwasanya perlindungan yang dilakukan oleh makhluk tersebut adalah hanya sebatas kepada sebab dan perantara saja. Adapun pada hakikatnya, Allah lah yang telah melindunginya. Dengan adanya keyakinan ini, hati kita tidak akan lepas dari ketundukan dan kepasrahan hanya kepada Allah semata.
Mudah-mudahan dengan penjelasan yang singkat ini, menjadi pedoman bagi kita di saat bertindak. Di saat kita memerlukan suatu bentuk perlindungan, kita sudah tahu kepada siapa kita harus meminta, dan kepada siapa kita hati ini kita pasrahkan. Wallahu Ta'ala a'lam
Walhamdulillahi Rabbil 'Alamiin.

Buletin Risalah Tauhid
http://mimbarislami.or.id/?module=artikel&action=detail&arid=124

Sumber di copy dari SINI
Baca Selengkapnya »»  

Rabu

Hukum Memakai Jilbab


Mengapa kebanyakkan penghuni neraka adalah wanita ?

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid, dia berkata : Rasulullah Shallallahualaihi wa salam bersabda :

“Aku berdiri di pintu surga (ternyata) kebanyakkan orang yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang lemah, sedangkan orang-orang yang kemuliaan (yaitu : orang berharta, orang yang mempunyai kedudukan dan kebahagiaan materil) tertahan (dari masuk surga), tetapi penduduk neraka diperintahkan untuk masuk neraka. Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakkan yang masuk ke dalamnya adalah para wanita � (Hadits ini shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim)

Dan dihadits lain pun diriwayatkan dari Imran bin Hushain radhiyAllahuanhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa salam, beliau bersabda :

Aku melihat-lihat ke dalam surga, Aku juga melihat-lihat ke dalam neraka, maka aku melihat kebanyakkan penghuninya adalah para wanita (Hadits shahih riwayat Bukhari dan diriwayatkan juga oleh Kutubbusittah)

Sungguh. Allah telah menampakkan kepada Nabi kita Shallallahu alaihi wasalam tentang Surga dan Neraka pada malam Isra Mi’raj, ketika itu beliau melihat-lihat kedalam surga, ternyata penghuninya adalah orang-orang yang fakir. Beliau juga melihat-lihat ke dalam neraka ternyata kebanyakkan penghuninya adalah para wanita. (sekarang yang kita tanyakan apakah para wanita yang telah dijelaskan oleh beliau pada masa beliau ?)

jawabnya :

Bukankah Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam telah bersabda :

Sebaik-baiknya masa adalah pada masaku, kemudian sesudahnya ( sahabat,

tabi’in, tabiut tabi’in ).Hadits cukup di kenal dikalangan para ahli ilmu tentang keshahihannya) Lalu siapakah yang disebutkan oleh beliau tentang para wanita. Wallahu A’lam

Kemudian apa kesalahan mereka ? apakah mereka tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya, ataukah mereka beryakinan bahwa agama itu harus memuaskan hawa nafsunya.

Atau mereka telah menganggap bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya dalam kehidupan dunia, kalolah benar, berarti benar apa yang dikatakan oleh Allah Ta’ala :

Katakanlah: Apakah (mau) Kami beritahu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang sia-sia saja perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat usaha yang sebaik-baiknya. Mereka itulah orang-orang yang mengingkari (kufur) terhadap ayat-ayat Allah dan menemui-Nya, maka hapuslah amal pekerjaan mereka, dan Kami mengadakan suatu pertimbangan terhadap (amalan) mereka di hari kiamat.Demikianlah, balasan mereka ialah jahanam, disebabkan mereka kufur/ingkar dan karena mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan Rasul-rasul- Ku sebagai olok-olok.(Surat Al-Kahfi (18) ayat 103-106)

Ketahuilah, Wanita muslimah.

Atau apakah mereka telah mengadakan adanya pilihan lain untuk urusannya,padahal Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, tapi bagi mereka ada pilihan lain agar sesuai dengan hatinya atau ikut-ikutan dengan orang-orang disekitarnya.

Padahal Allah Ta’ala mengatakan dalam firman-Nya :

Dan tidaklah (patut) bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah tersesat, sesat yang nyata (Surat Al-Ahzab (33) ayat 36)

Dan firman-Nya :

Dan barangsaiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta (Surat Thaha (20) ayat 124)

Lalu kenapa mereka tidak ittiba kepada para wanita yang ada pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam yang beliau tetapkan bahwa pada masa beliaulah yang terbaik.

Bukankah pada masa sekarang ini semua telah mengikuti perbuatan al yahud dan an nashara, sehasta demi sehasta lalu sejengkal demi sejengkal.

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa beliau bersabda :

Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya,yaitu kaum yang memegang cambuk seperti ekor sapi lalu mencambukkannya ke tubuh manusia. kemudian sekelompok wanita yang mengenakan pakaian namun layaknya telanjang. Condong dan berjalan melenggak-lenggok dan kepalanya bergoyang seperti punuk unta yang bergoyang. Mereka tidak akan masuk surga,bahkan tidak dapat mencium aromanya, padahal aroma surga dapat tercium dalam jarak perjalanan segini dan segitu (Hadits shahih riwayat Muslim dan lainnya)

Nabi Shallallahu alaihi wa salam telah melihat-lihat kejadian dunia yang akan datang dan berbagai peristiwa yang menakutkan, maka beliau mengetahui sesuatu yang dipakai oleh wanita, sehingga beliau menyebutkan hadits tersebut. Jadi kita tidak perlu heran dalam hal itu.

Berikut perkataan para ulama-ulama tentang hadits tersebut.

Al Hafizh Abu Al Khaththab berkata : Sabda beliau, Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya maksudnya adalah kelompok dari golongan segala hal.

Ibnu Faris di dalam kitab Al Mujmal mengatakan bahwa cambuk termasuk siksaan yang sesuai dan cambuk artinya mencampur suatu bagian dengan bagian yang lain.

Sabda beliau :

Sekelompok wanita yang mengenakan pakaian namun layak telanjang maksudnya dilihat dari segi baju mereka berpakaian, sedangkan dilihat dari segi agama mereka telanjang, karena mereka terbuka dan menampakkan lekuk-lekuk bentuk tubuh mereka dan sebagian kecantikannya.

sumber : milis assunah

Artikel ini murni bersumber dari http://agushernawan.wordpress.com atau bisa langsung anda baca sendiri dari sumbernya klik disini
Baca Selengkapnya »»